Tantangan
dan Peluang Bisnis yang Akan Di hadapi Indonesia Di Tahun 2015
Tantangan dan Peluang Indonesia dalam AEC 2015
ASEAN Economic Community atau AEC merupakan kesepakatan yang
di lakukan negara anggota ASEAN untuk menjauhkan negara-negara ASEAN dari
keterbatasan hubungan ekonomi antar negara ASEAN. Segala bentuk barang, jasa,
investasi, dan modal yang telah disepakati akan dapat mudah keluar masuk tanpa
adanya batasan yang bersifat menghambat alur perekonomian atar negara anggota.
Indonesia segera akan bergabung dalam masyarakat ekonomi
ASEAN(AEC) 2015. Ini bisa menjadi peluang dan tantangan bagi Indonesia, karena
akan adanya persaingan antar negara anggota ASEAN dan Indonesia harus dapat
menanggapi dengan cermat serta dibutuhkan strategi yang mengutamakan tenaga
kerja, infrastruktur dan hal-hal lain yang terkait
A. Peluang
Banyak hal yang dapat dijadikan peluang oleh Indonesia
sebagai misi untuk menjalankan AEC 2015 dan hal-hal ini dapat dijadikan acuan
sebagai awal mula menjadi Indonesia yang sukses dalam AEC 2015. Menurut buku “Menuju ASEAN Economic Community 2015” yang
di keluarkan Departemen Perdagangan Republik Indonesia ada 7 peluang bagi
Indonesia. Peluang-peluang tersebut sebagai berikut:
1.
Manfaat
Integrasi Ekonomi.
Kesediaan Indonesia
bersama-sama dengan 9(sembilan) Negara ASEAN lainnya membentuk ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 tentu saja didasarkan pada keyakinan atas
manfaatnya yang secara konseptual akan meningkat kan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan
ASEAN. Integrasi ekonomi dalam mewujudkan AEC 2015 melalui pembukaan dan
pembentukan pasar yang lebih besar, dorongan peningkatan efisiensi dan daya
saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di kawasan ASEAN, akan
meningkatkan kesejahteraan seluruh negara di kawasan.
2. Pasar Potensial Dunia.
Pewujudan
AEC di tahun 2015 akan menempatkan ASEAN
sebagai kawasan pasar terbesar ke-3 di dun ia yang didukung oleh jumlah
penduduk ke-3 terbesar (8% dari total
penduduk dunia) di dunia setelah China dan India. Pada tahun 2008, jumlah penduduk ASEAN sudah mencapai 584 juta orang (ASEAN Economic Community Chartbook, 2009), dengan
tingkat pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat dan usia mayoritas berada pada
usia produktif. Pertumbuhan ekonomi
individu Negara ASEAN juga meningkat dengan stabilitas makro ekonomi.
ASEAN yang
cukup terjaga dengan inflasi sektitar 3,5 persen3. Jumlah penduduk Indonesia
yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN) tentu saja merupakan
potensi yang sangat besar bagi Indonesia menjadi negara ekonomi yang produktif
dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan.
3. Negara Tujuan Investor.
Uraian
tersebut di atas merupakan fakta yang menunjukkan bahwa ASEAN merupakan pasar
dan memiliki basis produksi. Fakta-fakta tersebut merupakan faktor yang
mendorong meningkatnya investasi di dalam dalam negeri masing-masing anggota
dan intra-ASEAN serta masuknya investasi asing ke kawasan. Sebagai Negara
dengan jumlah penduduk terbesar (40%) diantara Negara Anggota ASEAN, Indonesia
diharapkan akan mampu menarik investor ke dalam negeri dan mendapat peluang
ekonomi yang lebih besar dari Negara Anggota ASEAN lainnya.
Dari segi
peningkatan investasi,berbagai negara ASEAN mengalami penurunan rasio investasi
terhadap PDB sejak krisis, antara lain akibat berkembangnya regional
hub-production. Tapi bagi Indonesia, salah satu faktor penyebab penting
penurunan rasio investasi ini adalah belum membaiknya iklim investasi dan
keterbatasan infrastuktur. Dalam rangka AEC 2015, berbagai kerjasama regional
untuk meningkatkan infrastuktur (pipa gas, teknologi informasi) maupun dari
sisi pembiayaan menjadi agenda. Kesempatan tersebut membuka peluang bagi
perbaikan iklim investasi Indonesia melalui pemanfaatan program kerja sama
regional, terutama dalam melancarkan program perbaikan infrasruktur domestik.
Sedangkan, kepentingan untuk harmonisasi dengan regional menjadi prakondisi
untuk menyesuaikan peraturan invetasi sesuai standar kawasan.
B. Tantangan
Hal yang menjadi tantangan bagi
Indonesia dalam pembukaan pasar AEC 2015 ini sebagai bahan perenungan bagi Indonesia
menuju persiapan AEC 2015, menurut
buku “Menuju ASEAN Economic Community
2015” oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia, sebagai berikut:
1.
Laju
Peningkatan Ekpor dan Impor.
Tantangan yang dihadapi oleh
Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat internal
di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara sesama ASEAN dan
negara lain di luar ASEAN seperti China dan India.
Kinerja
ekspor selama periode 2004 – 2008 yang berada di urutan ke-4 setelah Singapura,
Malaysia, dan Thailand, dan importer tertinggi ke-3 setelah Singapura dan
Malaysia, merupakan tantangan yang sangat serius ke depan karena telah
mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia yang defisit terhadap beberapa
Negara ASEAN tersebut.
Ancaman yang
diperkirakan lebih serius lagi adalah perdagangan bebas ASEAN dengan China
Hingga tahun 2007, nilai perdagangan Indonesia dengan China masih mengalami
surplus, akan tetapi pada tahun 2008, Indonesia mengalami defisit sebesar +US$
3600 juta. Apabila kondisi daya saing Indonesia tidak segera diperbaiki, nilai
defisit perdagangan dengan China akan semakin meningkat. Akhir-akhir ini para
pelaku usaha khususnya yang bergerak di sektor industri petrokimia hulu, baja,
tekstil dan produk tekstil, alas kaki serta elektronik, menyampaikan
kekhawatirannya dengan masuknya produk-produk sejenis dari China dengan harga
yang relative lebih murah dari produksi dalam negeri (Media Indonesia, 26
Nopember 2009).
2.
Laju
Inflasi.
Tantangan lainnya adalah laju
inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan Negara
lain di kawasan ASEAN. Stabilitas makro masih menjadi kendala peningkatan daya
saing Indonesia dan tingkat kemakmuran Indonesia juga masih lebih rendah
dibandingkan negara lain. Populasi Indonesia yang terbesar di ASEAN membawa
konsekuensi tersendiri bagi pemerataan pendapatan, 3 (tiga) Negara ASEAN yang
lebih baik dalam menarik PMA mempunyai pendapatan per kapita yang lebih tinggi
dari Indonesia.