Jumat, 30 Januari 2015

Pengantar Bisnis


Tantangan dan Peluang Bisnis yang Akan Di hadapi Indonesia Di Tahun 2015

Tantangan dan Peluang Indonesia dalam AEC 2015
ASEAN Economic Community atau AEC merupakan kesepakatan yang di lakukan negara anggota ASEAN untuk menjauhkan negara-negara ASEAN dari keterbatasan hubungan ekonomi antar negara ASEAN. Segala bentuk barang, jasa, investasi, dan modal yang telah disepakati akan dapat mudah keluar masuk tanpa adanya batasan yang bersifat menghambat alur perekonomian atar negara anggota.
Indonesia segera akan bergabung dalam masyarakat ekonomi ASEAN(AEC) 2015. Ini bisa menjadi peluang dan tantangan bagi Indonesia, karena akan adanya persaingan antar negara anggota ASEAN dan Indonesia harus dapat menanggapi dengan cermat serta dibutuhkan strategi yang mengutamakan tenaga kerja, infrastruktur dan hal-hal lain yang terkait

A. Peluang
Banyak hal yang dapat dijadikan peluang oleh Indonesia sebagai misi untuk menjalankan AEC 2015 dan hal-hal ini dapat dijadikan acuan sebagai awal mula menjadi Indonesia yang sukses dalam AEC 2015. Menurut buku “Menuju ASEAN Economic Community 2015” yang di keluarkan Departemen Perdagangan Republik Indonesia ada 7 peluang bagi Indonesia. Peluang-peluang tersebut sebagai berikut:

1.      Manfaat Integrasi Ekonomi.
Kesediaan Indonesia bersama-sama dengan 9(sembilan) Negara ASEAN lainnya membentuk ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 tentu saja didasarkan pada keyakinan atas manfaatnya  yang secara konseptual akan meningkat kan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan  kawasan ASEAN. Integrasi ekonomi dalam mewujudkan AEC 2015 melalui pembukaan dan pembentukan pasar yang lebih besar, dorongan peningkatan efisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di kawasan ASEAN, akan meningkatkan kesejahteraan seluruh negara di kawasan.
2.    Pasar Potensial Dunia.
Pewujudan AEC di tahun 2015 akan menempatkan ASEAN  sebagai kawasan pasar terbesar ke-3 di dun ia yang didukung oleh jumlah penduduk  ke-3 terbesar (8% dari total penduduk dunia) di dunia setelah China dan India. Pada  tahun 2008, jumlah penduduk ASEAN sudah  mencapai 584 juta orang (ASEAN  Economic Community Chartbook, 2009), dengan tingkat pertumbuhan penduduk  yang terus meningkat dan usia mayoritas  berada pada usia produktif. Pertumbuhan  ekonomi individu Negara ASEAN juga meningkat dengan stabilitas makro ekonomi.
ASEAN yang cukup terjaga dengan inflasi sektitar 3,5 persen3. Jumlah penduduk Indonesia yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN) tentu saja merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia menjadi negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan.
3.    Negara Tujuan Investor.
Uraian tersebut di atas merupakan fakta yang menunjukkan bahwa ASEAN merupakan pasar dan memiliki basis produksi. Fakta-fakta tersebut merupakan faktor yang mendorong meningkatnya investasi di dalam dalam negeri masing-masing anggota dan intra-ASEAN serta masuknya investasi asing ke kawasan. Sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbesar (40%) diantara Negara Anggota ASEAN, Indonesia diharapkan akan mampu menarik investor ke dalam negeri dan mendapat peluang ekonomi yang lebih besar dari Negara Anggota ASEAN lainnya.
Dari segi peningkatan investasi,berbagai negara ASEAN mengalami penurunan rasio investasi terhadap PDB sejak krisis, antara lain akibat berkembangnya regional hub-production. Tapi bagi Indonesia, salah satu faktor penyebab penting penurunan rasio investasi ini adalah belum membaiknya iklim investasi dan keterbatasan infrastuktur. Dalam rangka AEC 2015, berbagai kerjasama regional untuk meningkatkan infrastuktur (pipa gas, teknologi informasi) maupun dari sisi pembiayaan menjadi agenda. Kesempatan tersebut membuka peluang bagi perbaikan iklim investasi Indonesia melalui pemanfaatan program kerja sama regional, terutama dalam melancarkan program perbaikan infrasruktur domestik. Sedangkan, kepentingan untuk harmonisasi dengan regional menjadi prakondisi untuk menyesuaikan peraturan invetasi sesuai standar kawasan.


B. Tantangan
Hal yang menjadi tantangan bagi Indonesia dalam pembukaan pasar AEC 2015 ini sebagai bahan perenungan bagi Indonesia menuju persiapan AEC 2015, menurut buku “Menuju ASEAN Economic Community 2015” oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia, sebagai berikut:
1.        Laju Peningkatan Ekpor dan Impor.
Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan India.
Kinerja ekspor selama periode 2004 – 2008 yang berada di urutan ke-4 setelah Singapura, Malaysia, dan Thailand, dan importer tertinggi ke-3 setelah Singapura dan Malaysia, merupakan tantangan yang sangat serius ke depan karena telah mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia yang defisit terhadap beberapa Negara ASEAN tersebut. 
Ancaman yang diperkirakan lebih serius lagi adalah perdagangan bebas ASEAN dengan China Hingga tahun 2007, nilai perdagangan Indonesia dengan China masih mengalami surplus, akan tetapi pada tahun 2008, Indonesia mengalami defisit sebesar +US$ 3600 juta. Apabila kondisi daya saing Indonesia tidak segera diperbaiki, nilai defisit perdagangan dengan China akan semakin meningkat. Akhir-akhir ini para pelaku usaha khususnya yang bergerak di sektor industri petrokimia hulu, baja, tekstil dan produk tekstil, alas kaki serta elektronik, menyampaikan kekhawatirannya dengan masuknya produk-produk sejenis dari China dengan harga yang relative lebih murah dari produksi dalam negeri (Media Indonesia, 26 Nopember 2009).
2.        Laju Inflasi.
Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Stabilitas makro masih menjadi kendala peningkatan daya saing Indonesia dan tingkat kemakmuran Indonesia juga masih lebih rendah dibandingkan negara lain. Populasi Indonesia yang terbesar di ASEAN membawa konsekuensi tersendiri bagi pemerataan pendapatan, 3 (tiga) Negara ASEAN yang lebih baik dalam menarik PMA mempunyai pendapatan per kapita yang lebih tinggi dari Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar